Mezase! 3 – Koffer

_____ Hari silih berganti, dan hari keberangkatan yang dinanti nanti (meski belum tau kapan) pun dirasa mendekat. Loh kok bisa belum tau kapan berangkatnya? Ya, karena status Jepang yang masih buka tutup gerbang membuatku dan semua orang yang ingin masuk ke Jepang baik untuk bekerja maupun belajar gelisah. Bagaimana tidak, jumlah orang yang bisa masuk ke Jepang per harinya pun dibatasi hanya 5000 orang (mesti bertambah menjadi 7000, 10.000 dst seiring waktu), udah gitu mesti mengikuti prosedur yang sangat ketat mulai dari vaksinasi COVID-19, tes PCR sebelum keberangkatan, aplikasi MySOS, dll. Sempat ada kekhawatiran keberangkatannya akan tertunda sekian waktu, dan emang iya, alhasil beberapa orang terpaksa mengikuti perkuliahan daring sembari menunggu giliran bisa berangkat, termasuk aku.

_____ Mulai 6 April 2022, aku mulai mengikuti perkuliahan Bahasa Jepang level 5 secara daring. Jadwalku sendiri sebenarnya nggak terlalu padet-padet amat karena hanya ada 2 sesi di hari Senin, 2 sesi di hari Selasa, 1 sesi di hari Kamis, dan 4 sesi di hari Jumat. 1 sesi berlangsung selama 1 jam 30 menit dan hari Rabu aku kosong melompong, maka dari itu jadwalku terhitung cukup enak. Perkuliahannya ehem… cukup susah yah ternyata karena memang tak berpatok pada JLPT melainkan ada kurikulumnya sendiri dan kelasnya dibelah berdasarkan kompetensi. Aku mengambil mata kuliah kelas Kanji (2 sesi), komprehensif (2 sesi), listening, writing, speaking, dan kelas lawak. Lawak? Yah, salah satu mata kuliah co-learning alias mata kuliah pilihan yang belajarnya bareng dengan orang Jepang. Tiap kelas ada kodenya sendiri sendiri dan bisa ditebak tingkat kesulitannya, seperti kelas W500 yang berarti kelas writing level 5, dst.

_____ Omong-omong soal kelasnya sendiri, menurutku entah kenapa pengajarnya itu sesuai dengan karakteristik matkulnya. Misal, kelas speaking, dosen pengajarnya adalah tipikal emak-emak arisan yang suka sekali berbicara. Bagus sih malah menurutku agak mahasiswa makin tergugah untuk berbicara hingga mengalir luwes seperti orang arisan. Kelas yang menurutku paling berguna adalah kelas writing karena kita belajar bagaimana menulis karangan ilmiah seperti skripsi, paper, dll dalam Bahasa Jepang yang notabene ketentuannya sama sekali berbeda dengan JLPT dan yang beredar di khalayak ramai. Sejauh ini aku merasa baik-baik aja sih dengan kelasnya, hanya saja kelas speaking penilaiannya agak sadis walaupun kelas dan senseinya asik. Yang terpenting, jangan lupa untuk selalu hadir dan mengerjakan tugas tugasnya karena itu sangat membantu mengasah Bahasa Jepang.

_____ Sambil berkuliah, aku juga berhubungan terus dengan pihak International Office (IO) kampus . Aku mulai agak-agak cemas karena di grup MEXT baik Indonesia maupun global sudah mulai rame terkait keberangkatan, kecuali mahasiswa Tohoku University yang tampaknya diam seribu bahasa karena masih sama sekali tak tahu menahu tentang hal tersebut hingga awal Mei. Beberapa dari orang yang kuchat di discord (grup global) tampaknya sudah mencoba menghubungi pihak IO untuk bertanya kenapa dokumen untuk visa belum kunjung dikirim, dan kabar-kabar terkini terkait keberangkatan namun pihak IO hanya memberikan jawaban yang minimalis atau bahkan tidak tahu menahu. Bingung? jelas lah, panik? oh tentu saja, apalagi jika tiap hari melihat notifikasi baik di grup Indonesia maupun global yang sudah ramai tentang berkas ini itu, barang bawaan, tes PCR, dan sebagainya. Sabar~ sabar~ ini hanya ujian.

_____ Titik terang mulai tampak di akhir minggu pertama bulan Mei ketika pihak IO mengumumkan bahwa aku diperkirakan akan berangkat pada tanggal 25 Mei (jika tidak ada aral melintang). Orang-orang lainnya di grup internasional pun 1 per 1 mendapatkan kabar serupa dengan tanggal yang mirip-mirip, ada yang 22, 23, 24, 25, 26, hingga 2 minggu kedepannya. Seketika akun-akun anak Tohoku pun berbunyi meskipun tidak ricuh di channel utama melainkan hanya di subchannel Tohoku-Hokkaido. Eits, tunggu dulu, 25 Mei? itu kan 3 minggu lagi…… Wadidaw

_____ Kegirangan berubah menjadi kepanikan karena tiket dan visa belum kunjung tiba juga. Pengumuman izin untuk mengurus visa baru muncul 2 minggu sebelumnya, dan pendataan untuk pembelian tiket baru muncul 1 minggu sebelumnya. Aku pun segera bergegas membalas setiap email yang dikirim oleh pihak IO. Jika pihak IO minta untuk mengisi tautan tertentu, langsung segera kuisi, jika pihak IO meminta untuk menyiapkan berkas ini itu, langsung siap laksanakan biar nggak makin ngaret. Loh, trus tiketnya kapan dikirm? Yup, 2 hari sebelum keberangkatan alias tanggal 23 Mei pagi harinya.

Dadakan bangeeet kayak tahu bulat! 䞞い豆腐のような

_____ Gatau entah kenapa Tohoku University selalu ngasih informasinya dadakan dan mepet, nggak cuma pas zamanku tapi angkatan kak Andhika dan sebelum-sebelumnya pun juga gitu. Selidik punya selidik, Tohoku University cenderung lebih tanggap dengan berita terkini sehingga bisa menyesuaikan kebijakannya dan memberikan keputusan terbaik. Terdengar agak klise memang, tapi kalau dipikir-pikir, benar juga ya, karena subsidi yang diberikan Tohoku University untuk karantinaku mencakup hampir semua aspek di saat kampus-kampus lain memberikan subsidi yang lebih sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Tidak hanya pada zamanku aja, sewaktu kak Andhika tahun lalu pun juga diberikan keringanan yang lumayan banyak sehingga tidak melubangi dompet terlalu dalam. Hal-hal sebelum keberangkatan yang kupersiapkan antara lain:

1. LoA & ERFS

_____ Berbeda dengan LoPA yang dikirimkan ke pihak kampus dan ditandatangani / dicap oleh sensei / kadep / dekan, LoA yang dimaksud adalah LoA resmi dari pihak MEXT yang dikirim melalui kedutaan. Bentuknya berupa tabel-tabel polos tanpa warna yang memuat informasi diri, baik data pribadi maupun tentang studi. Dengan adanya LoA ini, kita dapat menunjukkan bahwa kita adalah mahasiswa penerima beasiswa MEXT yang sah dan pengurusan visanya pun bisa dikecualikan daripada pengurusan visa biasa. ERFS (Entrants & Returnee Follow-up System) merupakan surat yang menyatakan bahwasannya yang tertulils adalah pihak yang dapat dinyatakan sah untuk bisa masuk Jepang. Bentuknya lebih berwarna dan sama sama memuat informasi diri, hanya saja dilengkapi keterangan mendarat di bandara mana dan perlu karantina atau tidaknya (jika ya, di hotel apanya juga tertulis). LoA dari MEXT diperoleh pada akhir Februari secara serempak oleh semua peserta dari Indonesia sedangkan ERFS diperoleh pada akhir Maret (perihal pribadi, semua orang beda beda waktunya).

Lembar ERFS (source: Tiap universitas yang mengurus)

2. VISA

_____ Setelah mendapatkan LOA dan ERFS, saatnya siap siap untuk membuat visa. Perlu diketahui bahwa visa untuk pelajar MEXT memiliki jalur khusus sehingga pembuatannya pun relatif singkat, hanya memakan 1 hari kerja alias bikin hari ini besok jadi. Untuk beberapa kasus, seperti jika rumahnya jauh dari kedutaan atau konsulat, maka pembuatan visa dapat dilakukan dalam 1 hari saja, alias jadi hari itu juga. Hal yang diperlukan untuk membuat visa antara lain : Paspor asli (karena nanti visanya akan ditempel di situ), formulir permohonan visa yang sudah ditempeli foto, KTP asli dan fotokopi, Fotokopi KK, LoA MEXT, ERFS, dan surat pernyataan khusus (jika memiliki perbedaan identitas pada paspor dengan KTP). Formulir pembuatan visa dapat diunduh di https://www.id.emb-japan.go.jp/visa_7.html .

3. MySOS

_____ Nah, ini dia aplikasi yang bisa dibilang lumayan bermanfaat untuk memperlancar proses kedatangan kita di Jepang selama masa pandemi karena ada jalur fast-track. Hah, langsung lanjut S2 begitu lulus S1 kalo pake aplikasi ini? BUKAN BEGITU, Bambang! Maksudnya, dengan memenuhi segala kelengkapan berkas maupun form yang ada di aplikasi ini, kita bisa masuk ke Jepang dengan lebih cepat dan lancar. Singkatnya, kita mengisi form yang seharusnya kita isi dan kumpulkan di bandara kedatangan saat di Jepang nanti. Tentunya, mengisi form di bandara setelah perjalanan jauh dan menenteng barang bawaan berat akan sangat merepotkan dan melelahkan, udah gitu mesti nunggu untuk proses verifikasinya pula (倧倉だろう). Oleh karena itu, dengan mengisi MySOS ini sebelum keberangkatan, kita bisa sangat mengurangi beban di kala kedatangan nanti.

_____ Yang harus diisi antara lain kuesioner data diri (mulai dari biodata diri, tanggal kedatangan, tempat karantina, lama tinggal, dll), lembar sumpah (ini lebih mirip kayak lembar kontrak), sertifikat vaksin, dan hasil tes PCR yang diambil dalam 72 jam terakhir sebelum keberangkatan. Untuk sertifikat vaksin, hanya ada 2 opsi yakni kirim atau tidak kirim. Jika memilih kirim, maka seluruh vaksinnya (dosis 1,2, dan booster) harus dari jenis yang diakui Jepang, yaitu Pfizer, Moderna, AstraZeneca (untuk dosis 1 & 2). Jika Vaksin 1 & 2 nya ataupun boosternya berasal dari jenis yang tidak diakui Jepang, maka langsung saja pilih tidak kirim sama sekali karena tidak ada opsi untuk mengirim sesuatu yang setengah-setengah.

_____ Untuk berkas hasil tes PCR, disarankan menggunakan template seperti yang tertera pada gambar berikut (versi Bahasa Indonesianya pun boleh). Kenapa begitu? Karena kalau templatenya berbeda (misal: pakai template yang diterbitkan oleh klinik/RS yang memeriksa), biasanya akan memakan waktu yang lebih lama untuk proses konfirmasi pasca uploadnya (bahkan bisa jadi pahit-pahitnya mungkin ngga diterima). Oleh karena itu, pastikan setelah tes PCR, mintalah pihak pemeriksa untuk mengisi formulir tersebut dan memberikan cap sebagaimana yang dianjurkan.

Surat pernyataan untuk hasil tes PCR (source: MHLW)

_____ Tes PCR diharuskan dilakukan maksimal 3×24 jam sebelum keberangkatan. Karena berangkatnya diberitahu akan pagi hari, untuk berjaga jaga, aku melakukan tes PCR nya pada tanggal 22 Mei sore harinya. Emang sih agak terkesan berpacu dengan waktu, tapi ini kulakukan untuk mencegah adanya kesalahan positif seperti yang terjadi pada beberapa orang di grup Internasional. Beberapa orang terdeteksi positif dan terpaksa harus mengubah jadwal keberangkatannya yang tentu saja sangat merepotkan karena harus berkordinasi lagi dengan pihak kampusnya. Dengan mengambil tes pada tanggal 22 nya, aku bisa melakukan tes ulang 1x lagi di tempat lain jika pahit-pahitnya, amit-amit, naudzubillah min dzalik aku positif COVID-19 (yang Alhamdulillah, untungnya hasilnya negatif saat hasilnya keluar keesokan harinya). Oh iya, untuk tes PCR, sebaiknya dilakukan di tempat yang resmi dan kalau bisa sudah punya nama karena kita memerlukan surat dan cap resmi atas pernyataan negatifnya.

Tangkap layar MySOS yang masih kuning (sudah terisi sebagian) dan hijau (terisi penuh/sudah memenuhi persyaratan) (Source: personal gallery)

4. Tiket

_____ Nah ini nih, yang sangat amat ditunggu tunggu tapi datengnya mepet banget H-2. Seminggu sebelumnya memang kedutaan sudah mengirimkan itinerary yang diterbitkan oleh pihak travel agent yang mengurus kedatangan para penerima beasiswa MEXT, namun tiket resmi yang bisa dipakai untuk terbang belum kunjung datang juga. Pada tanggal 23 Mei, kedutaan akhirnya mengirimkan tiketnya kepadaku. Senang sekali, aku dibelikan tiket pesawat yang boleh dibilang cukup prestisius (harga tiketnya jugua bikin tercengang mahalnya~~), yaitu JAL, salah satu dari maskapai unggulan milik negeri sakura. Seketika, langsung kucari tahu dan kugeledah website JAL dan kucari tahu apakah ada fitur-fitur khusus yang bisa didapatkan saat menaiki JAL.

_____ Saat kucek, selain bisa check-in lebih awal, kita juga bisa memesan kursinya jauh-jauh hari hingga makanan yang akan dihidangkan. Karena tata letak pesawatnya berbentuk 2-3-2, aku memilih kursi yang ada di sisi 2 yang sebelah kiri, karena selain dekat dengan jendela, sisi kiri merupakan sisi yang banyak menghadap ke arah kota sedangkan sisi kanan lebih banyak yang menghadap ke arah laut. Aku memesan kursi 29A dan karena memang lagi pandemi, tentu saja orang banyak yang menjaga jarak, apalagi ini kan maskapai Jepang yang notabene kemungkinan sebagian dari penumpangnya adalah orang Jepang yang emang taat jaga jarak. Jadi, hampir bisa dipastikan kalau aku akan duduk sendirian, yeayy lega~

Menu makanan umum dan minuman yang disediakan JAL pada Mei 2022 (source: https://www.jal.co.jp/jp/ja/)

_____ Tak hanya soal kursi, kita juga bisa memesan makanan yang akan dihidangkan. Terdapat banyak sekali pilihan menu yang bisa kita pesan melalui websitenya. Bukan kalau kita tidak memesan lantas kita tak akan mendapat makanan selama penerbangan ya, tapi karena aku pengen aja gitu dapet makanan yang sesuai seleraku di perjalanan perdana ke Jepang naik pesawat yang kece pula. Bayangkan, betapa nikmatnya kalau itu bisa terjadi XD. Dan yah, aku memesan menu all seafood karena aku pengen makan yang empuk dikunyah selama perjalanan. Jika dibandingkan dengan ayam atau daging, jelas makanan laut adalah salah satu pililhan yang tepat. Oh iya, ada juga menu khusus halal, tapi sepertinya hidangannya agak semi-timur tengah gitu ya kulihat. Tapi, tidak usah khawatir, menu-menu yang dihidangkan pada penerbangan JAL dari Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara lainnya sudah tersertifikasi kehalalan, keamanan, dan kebersihannya, jadi tenang deh memilih mau menu apa aja mulai dari menu diet khusus, balita, sampai yang alergi terhadap produk tertentu. Mantap JAL!

Menu makanan pilihan JAL (source: https://www.jal.co.jp)

5. Berkas lainnya

_____ Berkas yang kusiapkan lainnya antara lain tentu saja dokumen akademik yang dilegalisir seperti transkrip dan ijazah (yaah, bawa minimal 3 rangkap lah biar aman, lebih banyak lebih baik). Kenapa? Karena statusku masih pra- research student dan bisa jadi nanti akan diminta di kemudian hari ketika akan memasuki tahap magister (atau mungkin doktoral juga). Daripada repot-repot minta tolong orang tua buat legalisir dan kirim ke Jepang yang jelas akan memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit, mending disiapkan dulu saja sedari awal. Selain itu, dokumen pendukungnya juga boleh dibawa jika dirasa memang perlu. Untuk sertifikat seperti ujian bahasa, keterampilan, memenangkan lomba atau pun prestasi lainnya, mungkin ada baiknya disimpan saja dalam bentuk scan agar nanti bisa dicetak tatkala memang dibutuhkan kelak di negeri sakura. Biasanya sertifikat tambahan seperti ini tidak diminta berkas aslinya, jadi yaah…. lebih sedikit deh cemasnya.

_____ 1 hal lagi, sebelum berangkat pastikan sudah mempersiapkan mental seperti meminta dukungan orang tua, teman, dll karena kita akan pergi untuk waktu yang tidak sebentar. Terutama orang tua, sebisa mungkin nikmatilah masa-masa sebelum pesawat lepas landas bersama mereka. Nah itulah yang mewarnai hari-hariku pra keberangkatan. Banyak dan agak ribet sih emang, tapi demi bisa mendapatkan perjalanan yang aman, nyaman, dan lancar jaya ya mau gamau harus mempersiapkan itu semua dengan sebaik mungkin. Jadi makin ga sabar buat segera cuss ke Jepang dan membuka lembaran baru. Dan yah, akhirnya hari keberangkatan yang dinanti nanti tiba juga. Seperti apakah keseruannya? Yuk baca di postingan selanjutnya!

぀づく

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑