Fumidasou! 15 – Kasuga

_____ Hyaahhh, hari libur, waktunya santai~~~ Eits, tapi tidak semudah itu ferguso, karena masih ada tugas mingguan yang harus diselesaikan, yaitu tugas mata kuliah Japanese Education. Mata kuliah tersebut sebenarnya menarik, karena membahas seputar perkembangan pendidikan di berbagai belahan dunia untuk sesi UTS nya dan pendidikan di Jepang pada sesi UAS nya. Aku awalnya tertarik buat mengambil kelas tersebut karena kelasnya memiliki beban 2 SKS, bukan 1 apalagi 0.5 seperti kebanyakan kelas. 0.5 SKS?? Seriusan?? Ya, di Tsukuba beberapa matkul memiliki jumlah SKS yang agak aneh. Biasanya yang berjumlah 0,5 adalah mata olahraga atau kesenian dan yang 1,5 atau 2,5 adalah kegiatan lab. Tapi, SKS berjumlah koma tersebut memiliki waktu kuliah yang sama dengan pembulatan keatasnya. Selain itu, aku juga diharuskan mengambil minimal 18 SKS oleh pihak Tsukuba nya, banyak banget kaaan…

Kuliah
Jadwal kuliah dalam seminggu (source: personal document)

_____ Kampus Tsukuba membebankan 1 SKS sebagai 75 menit kuliah tatap muka, berbeda dengan di IPB yang 1 SKS nya dihitung sebagai 50 menit kuliah tatap muka. Belum lagi, pembagian jadwal kuliahnya yang rapi, tapi terkesan monoton karena setiap orang akan masuk dan keluar di jam yang sama, dan selalu tepat. Selain itu pengisian KRS dilakukan dengan menulis secara manual di formulir kertas, ya–kertas. Kertas tersebut diisi dengan biodata mahasiswa dan mata kuliah yang hendak diambil, kemudian ditanda tangani atau diberi cap hanko (stempel tanda tangan jepang) oleh dosen yang mengajar kuliah tersebut. Kertas tersebut kemudian diserahkan ke bagian akademik kampus untuk diregistrasi di TWINS (semacam SIMAK nya Tsukuba). Untungnya, 2 minggu pertama merupakan masa uji coba, sehingga jika kita merasa kurang “sreg” dengan kuliahnya atau dengan dosennya, maka kita boleh untuk tidak meminta cap nya. Karena kampus Tsukuba sudah bersifat sangat global, maka tak jarang kalau menemukan dosen asing disini, bukan cuma mahasiswa asing saja.

_____ Oh iya, sistem periode kuliahnya pun cukup unik di Tsukuba, karena beberapa mata kuliah bisa memiliki periode yang berbeda. Ada mata kuliah yang hanya bisa diambil di periode musim semi saja (semester ganjil) dan ada yang hanya bisa pada periode musim gugur saja (semester genap). Periode kuliah pun dibagi menjadi AB, ABC, intensive, atau by request. Periode AB berarti kuliah berlangsung selama 10 minggu, belum termasuk UAS dan UTS, sedangkan ABC berarti berlangsung selama 15 minggu. Kuliah periode A saja sangatlah jarang, dan biasanya memiliki beban 0,5 SKS. Intensive berarti kuliah dilakukan pada 1 hari penuh (6 jam kuliah) ataupun seminggu namun setiap harinya ada kuliah, pokoknya dipadetin deh. By request berarti kuliah tersebut mendapat kasus spesial, maksudnya tidak harus berbentuk kuliah tatap muka tetapi bisa berbentuk field trip, tugas kelompok, atau lainnya. Periode musim panas dan musim dingin biasanya diisi oleh semester pendek, magang, kelas intensif, atau nggak diisi sama sekali (biasanya yg begini nih nyari part-time, trus ngelayap liburan entah kemana kayak temanku hehehe)

_____ Yeaayy… Akhirnya selesai juga tugasnya setelah zuhur, saatnya jalan-jalan. Kayaknya ke museum sains Tsukuba enak deh, tapi sama siapa yah perginya…. Mizan lagi main badminton karena ikut UKM nya (karena pelatih badminton di Tsukuba dulu pernah melatih timnas Brunei juga katanya). Ezwan… halah paling lagi jalan berdua sama Nurin. “Aha, gimana kalo ngajak anak Granas aja yang lagi di Ibaraki, kayaknya mereka pengen jajan disini” pikirku. Aku men-chat mereka dan benar sekali, mereka lagi belanja di DonQuijote, salah satu franchise department store yang terkenal di Jepang, dan ada cabangnya juga di Tsukuba. Aku mengajak mereka untuk ke museum dan main ke sekitaran Tsukuba Center ajah. Lama kemudian, akhirnya kita bertemu juga di Tsukuba Center Square, area kosong di wilayah Tsukuba Center yang biasa diisi bazaar dan penampilan.

_____ “Hooiii, zi, nis, gw di sini cuy!”, seruku memanggil mereka dari arah jembatan kasuga-center. “Oi mal!” sahut Nisa dan Mazi yang sedang bawa belanjaan seabrek. “Ini…. lu pada mau hibernasi ya? banyak banget woi makanannya.” tanyaku kaget melihat belanjaannya yang sampai 3 kresek besar penuh. Kata mereka sih buat oleh oleh juga, sebagian diembat di Ibaraki University ntar. Aku memberikan jajanan yang kubeli sebelumnya untuk mereka, sebuah kukis yang biasa dijumpai di toko terdekat di Tsukuba. Seriusan, nggak menyangka kalau bisa menemukan snack halal dari Malaysia (yaiyalah, negara produsennya Malaysia). Kami pun kemudian berjalan ke arah museum sains, dengan aku yang menenteng sepeda ke sana, ke museum yang berada di wilayah Kasuga ini.

1570099192451-01.jpeg
Kukis dengan isian selai coklat dan blueberry untuk Nisa dan Mazi (source: personal snapshot)

_____ Saat masuk, kita dikenakan biaya tiket sebesar 840 yen karena kita dihitung orang dewasa. Anak anak hanya dikenakan setengah harga. Hari itu, tampak banyak anak yang sedang mengunjungi museum (dengan orang tuanya tentunya). Setelah mencap tiket, kami diarahkan ke tempat loker untuk menaruh tas dan barang belanjaan. Setelahnya…. Let’s gooo~

_____ Pertama-tama, kami pergi ke lantai 2. Di lantai 2, terdapat ruang permanent exhibition dan seasonal exhibition. Awalnya, kami pergi ke ruang seasonal exhibition. Disana tampak sedang ada pameran mengenai laut dalam serta percobaan mengenai tekanan laut dalam. Namun, karena percobaannya akan ditampilkan pada pukul 4, kami pun pergi ke ruangan permanent exhibition. Sesuai namanya, ruangan ini berisi hal hal yang menjadi ciri khas Tsukuba, yaitu ekspedisi antariksa. Tapi, tak cuma antariksa saja, ruangan ini juga memiliki hal lainnya. Desain ruangannya tampak seperti film-film luar angkasa, atau setidaknya mirip sarang alien dikit laah~

Museum interior 20
Interior ruang pameran permanen museum sains Tsukuba (source: personal snapshot)

_____ Kami pun mendadak norak, ingin pencet sana sini, coba ini itu, dan iseng-iseng dengan alat-alat canggihnya. Pertama kami mencoba alat yang ada di sisi kiri, yaitu scanner tubuh manusia dan scanner suhu. Saking isengnya, Mazi pun berdiri di depan scanner manusia dan aku di scanner suhu. “Yeeeyy, Mazi punya otak wkwkkw”, kata Nisa sambil cekikikan. Aku pun juga diledek oleh Mazi saat mencoba scanner suhunya, “Itu apa mal yang aura panas-panas di belakanglu? Hantu jangan jangan yang kedeteksi merah wkwk?”. “Wanjaayy… sa ae lu zi xixiixixi” balasku.

Brain scan 20
Mazi senang otaknya nyala di layar. sukyan wa shūryōshimashita – scanningnya telah selesai (source: Annisa’s collection)
Heat sensor 20
Scanner suhu: Apa tuh yang panas di belakang? (source: personal snapshot)

_____ Selanjutnya kami beralih ke daerah yang masih ada hidup-hidupnya. Ya… daerah 生物 – seibutsu. Disana kami melihat awetan makhluk hidup seperti reptil, serangga, dan burung yang sudah langka. Beberapa mikroba juga sedang dipamerkan dan bisa dilihat melalui mikroskop. Ayo anak anak, saatnya merapatkan mata untuk melihat sesuatu yang tak tampak, tapi tidak ghoib XD

Chou 20
Chō – Chō (source: personal snapshot)
Mikrob 20
Makhluk renik batang berantai dari mikroskop (source: personal snapshot)

_____ Beralih dari zona biologi, kita geser ke zona yang berbau fisika. Disini kita bisa menjumpai model untuk percobaan hukum Newton, magnet, dan fisika kuantum. Di lantai 1 juga ada banyak menurut guide nya wahana untuk belajar fisika bagi anak anak. Zona fisika yang ada di lantai 2 ini lebih dikhususkan untuk melihat penjelasannya lebih detail dan lebih saintifik sendangkan di lantai 1 dijelaskan secara lebih ringan. Makanya di lantai 2 tidak banyak pengunjung anak-anaknya.

Slide 20
Jadi inget mainan di lab fisika TPB 🙂 (source: personal snapshot)
Sensor quantum 20
Layar dengan motion sensor untuk belajar fisika kuantum (source: Annisa’s collection)
Nisnun 20
Nis, motret apaan? (source: personal snapshot)

_____ Akhirnya jam 4 tiba juga. Kami pun berpindah ruangan ke ruang pameran sementara dimana akan ada percobaan mengenai tekanan hidrostatik. Ya, saat kami kesana mbak-mbaknya sudah siap memperagakan percobaannya, lengkap dengan anak-anak di sekelilingnya. Percobaanya dilakukan dengan menggunakan bejana kaca yang sangat kuat dan bertutup rapat, kompresor, air, serta cup mie ramen. “Nohh anak kosan kalo makan mie bisa jadi inspirasi wkwkwk“, kata mazi cengengesan sambil melihat mbaknya menerangkan ke anak-anak SD nya. Karena penjelasannya dalam Bahasa Jepang, kami pun diam agar bisa mendengar dengan seksama dan paham dengan apa yang mbaknya jelaskan, kan gak ada download subtitlenya uy.

Marine 20
Peralatan ekspedisi bawah laut (source: personal snapshot)
Ray cast 20
Alat praktikum uji tekanan bawah air. Gelas merah yang kiri berada di permukaan air dan yang kanan di bawah laut sedalam 6500 m (source: personal snapshot)

_____ Jadi, berdasarkan penjelasan si mbak peraganya, cup men ini diibaratkan sebagai objek yang akan terjun ke dasar laut, khususnya kapal selam. Cup men berukuran normal menunjukkan kapal selam saat di darat. Kemudian cup men dimasukkan ke dalam bejana kaca berisi air dan ditutup ekstra rapat. Mbak nya kemudian memompa bejana tersebut dengan kompresor untuk menaikkan tekanan. Awalnya tak terjadi apa apa saat saat indikator menunjukkan masih setara dengan 100m, 200m, 500m, 1000m dibawah permukaan air. Penonton pun terkejut saat cup men mulai mengecil ketika tekanannya setara dengan 1500m dibawah permukkaan air, 2000, 3000, 4000, 5000, 6000, yak dan berhenti di 6500 (karena bejananya cuma kuat nahan segitu).

_____ Si mbak pun kemudian bertanya, gimana menurut kalian (adek-adek) semua? apa yang bisa dipelajari dari sini?. Langsung, seorang anak laki-laki mengacungkan tangannya dan menjawab, “cup men nya mengkerut kalo lautnya makin dalam kak”. “Mbak nya pun membalas, “Iya, jadi beginilah kalau di dalam kapal selam. Makin dalam lautnya makin tinggi tekanannya. Kalau kapal selamnya nggak bisa menahan tekanan, kapalnya bisa hancul di kedalaman sekian karena mengkerut terus. Nah adik-adik yang bercita cita jadi ilmuwan laut nanti belajarnya yang rajin ya trus bisa bikin kapal selam yang tahan sampai laut terdalam”. “IYAA KAAAK” mereka kompak loh jawabnya. “Nis, zi, nggak ikutan bilang hai’ bareng dedek emesh nya” sindirku hihihi.

Orbit 20
Apa hayo yang sudah berputar mengelilingi bumi sebanyak 450 putaran? (source: personal snapshot)

_____ Kemudian kami berpindah ke bagian antariksa, sambil ngobrolin hal yang tadi. “Pantesan anaknya pinter-pinter, masi kecil udah diajakin ngunjungin museum trus diajarin yang begituan sih“, jelas Nisa. “yee beda selera Nis” lanjut Mazi. Endingnya, kita pun ngebahas bocil-bocil pinter yang unyu-unyu itu selama jalan jalan. Setelahnya, kita pergi ke lantai 1 untuk melihat zona yang kids friendly karena alat-alat disini terkesan bermain sambil belajar.

Space track 20
Buat belajar positioning satelit Zi, bukan mainan space battle wkwkwk (source: Annisa’s gallery)

_____ Ada simulator mengendalikan kordinat satelit. Rasanya mirip seperti main Starfox 64 di Nintendo 3DS gituu, tanpa bonus tembak tembakannya. Ternyata sulit juga ya…. Lalu ada permainan cermin cembung dan cekung dengan perbedaan titik fokusnya, jadi kita bisa lihat HANTU, ehhh maksudnya bayangan kita nggak keliatan aja karena nggak ketemu proyeksi sinarnya. Terus ada wahana mengenal warna terserap dan terpantul, ini juga gak jauh-jauh dari fisika lagi (btw ini anak-anak demen amat deh ama fisika). Kita diberikan spidol khusus dan mencoret coret berbagai bidang yang diberikan sinar berbeda warna. Dan yang tak kalah menarik adalah permainan Karakuri (からくり) yang kira kira kayak mainan iseng gitu. Kita meletakkan bola di suatu wadah, kemudian bola tersebut diangkat hingga titik tertentu dan menggelinding di perosotan, menjatuhkan domino, memencet tombol, mengangkat beban, dan seterusnya dengan endingnya yang hanya menembak target dengan pistol. ~yeeh marimar, napa gak nembak aja langsung lebih cepet, wkwkkw~

Tes tembus cahaya 20
(Mainan mengenal daya tembus sinar (source: personal snapshot)

_____ Terakhir adalah mainan mengenal garis sinar alfa (アルファ線 – Arufa sen), beta (ベータ線 – Be-ta sen), gamma (ガンマ線 – Ganma sen), dan neutron (中性子線 – Chūseishi sen). Dengan menekan batang logam yang mengilustrasikan sebuah media, yaitu kertas, aluminium, campuran timbal-besi, dan air. Dari mainan ini, kita bisa tahu bahwa sinar alfa tidak bisa menembus kertas (sinarnya mentok ampe kertas), sinar beta gak bisa menembus aluminium, sinar gamma gak bisa menembus campuran timbal-besi, dan neutron tak bisa menembus air. Waawww, ilmu baru nih buat kita-kita yang lagi kuliah. Lagi-lagi, Nisa sampai bilang,”gils anak anak dikasi mainan ginian, keren amat”. Akhirnya jam 5 tiba, petugas museum kemudian memanggil kami untuk keluar dari museum segera karena museum akan ditutup. Langsung, kami bergegas ke ruang loker untuk mengambil tas dan belanjaan. Eitss tapi ada 1 tempat yang belum  dikunjungi, yaitu toko oleh oleh hehehe.

museum-snack-20.jpg
Makanan hasil freeze drying. Mungkin cocok buat dijadikan oleh-oleh (source: personal snapshot)

_____ Seperti biasa, toko oleh oleh menjual suvenir khas atraksi setempat. Mulai dari baju, gantungan kunci, bros, topi, dsb. Eh, tapi untuk toko oleh-oleh yang satu ini, BEDA! Tak cuma menjual oleh oleh mainstream, tapi juga menjual hal yang tak kalah saintifiknya, sesuai dengan julukan kota ini, yaitu MAKANAN KERING BEKU (Freeze-dried food). Makanan ini dibuat dengan teknologi freeze drying yang mampu mengeringkan makanan tanpa merusak komponen yang ada di dalamnya. Dengan menurunkan tekanan dan suhu dalam freeze dryer, maka air dalam makanan akan menjadi es kemudian menguap, ya menguap. Sayangnya, harga makanan ini satu bungkusnya sangat mahal, yaitu paling murah 800 yen (yang chocolate cake) dan ukurannya cukup kecil dan ringan (yaiyalah wong aernya udah keluar semua wkwk). Walhasil, kita pulang gak beli apa apa juga karena selain ngirit, udah ditungguin oleh mas-mas petugasnya. Hari itu pun berakhir dengan makan-makan dan pergi ke toko sekenan.

Anak SD di Tsukuba siap jadi asprak sepertinya”

つづく~~>

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑